Mengetahui Penyebab Kejang Demam Pada Bayi - Artikel Bunda

Mengetahui Penyebab Kejang Demam Pada Bayi

kejang pada bayi


Kejang merupakan salah satu komplikasi demam yang menakutkan untuk orang tua. Kejang tersebut sebagai komplikasi demam, bila memang tidak ada penyakit intrakranial (penyakit diselaput otak/di dalam otak) yang mendasari terjadinya kejang, misal pada kasus meningitus atau ensefalitis.


Sekitar 5-10% populasi di Asia dengan rentang usia antara 6 bulan - 6 tahun mengalami kejang yang umumnya diakibatkan oleh demam tinggi dengan puncak kejadian kejangnya akan dialami oleh mereka pada usia sekitar 18 bulan. 


Faktor risiko terjadinya demam yang mengakibatkan kejang berupa faktor genetik/keturunan misalnya: 

  • Orangtuanya pernah memiliki riwayat kejang demam pada masa kanak-kanaknya
  • Memiliki saudara kandung dengan riwayat kejang demam
  • Orangtua dengan riwayat epilepsi (kejang tanpa demam)

Jadi ketika bayi atau anak Anda kejang yang perlu di ketahui adalah apakah memang ada salah satu riwayat seperti diatas.


Janis Kejang Demam pada Bayi


Yang perlu Anda ketahui bahwa kejang demam yang terjadi pada anak atau bayi Anda terdiri dari 2 jenis, yaitu: 


#1. Kejang Demam Sederhana.


Kejang demam sederhana ini biasanya terjadi kurang dari 2 menit. Namun pada beberapa kasus, kejang demam dapat terjadi hingga 15 menit. Anak yang mengalami kejang demam akan langsung sadar setelah kejang reda, walaupun tampak bingung atau lelah. 


Biasanya kejang juga tidak berulang dalam kurun waktu 24 jam. Kejang demam seperti ini disebut kejang demam sederhana.  Kejang demam seperti ini mempunyai ciri sebagai berikut: 

  • Kejang terjadi pada seluruh tubuh (umum)
  • Kejang terjadi kurag dari 15 menit
  • Dalam durasi lama kejang hanya terjadi 1 kali kejang (tidak berulang)
  • Anak akan sadar sepenuhnya setelah kejang berakhir.
Jika anak atau bayi Anda mengalami kejang demam sederhana seperti ini anda tidak perlu untuk khawartir secara berlebihan, karena kejang demam ini tidak memiliki konsekwensi jagka panjang, tidak merusak otak maupun menyebabkan gangguan perkembangan.


Anda tidak perlu untuk melakukan pemeriksaan lebih jauh seperti pemeriksaan laboratorium, aktivitas listrik otak (EEG) maupun CT Scan atau MRI kepala. Untuk mencegah kejang demam seperti ini Anda cukup memberikan obat anti kejang hanya yang hanya diberikan saat kejang terjadi.


#2. Kejang Demam Kompleks.


Anak atau bayi Anda akan dikatakan mengalami kejang demam kompleks jika tidak seluruhnya memiliki ciri atau syarat kejang demam sederhana. Kejang demam kompleks ini umumnya memerlukan pengamatan lebih lanjut dengan perawatan intens, dan untuk hasil observasi lebih akurat anak atau bayi Anda perlu rawat inap 24 jam.


Secara umum, kejang demam komplek pada anak yang tidak adanya kelainan neurologis pada pemeriksaan fisik, tidak ada gangguan perkembangan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam, juga tidak memeerlukan pemeriksaan EEG maupun CT-Scan atau MRI kepala. Hasil EEG kejang kompleks pada anak yang secara umum sehat, maka disimpulkan normal. 


Sebanyak 70% kasus kejang demam pada anak-anak adalah kejang demam sederhana. Kejang demam tidak bisa dicegah oleh pemberian obat penurun panas. Infeksi virus pada saluran napas merupakan penyebab umum/sebagian besar kasus kejang demam. Oleh karena itu antibiotik pada umumnya tidak diperlukan.


Jika anak atau bayi Anda mengalami jenis kejang seperti ini maka perlu di lakukan EEG kejang demam, namun dianjukan hanya untuk anak dengan riwayat kejang tanpa demam, atau dari hasil pemeriksaan dokter ditemukan kelainan neurologis/saraf dan memang sudah memiliki gangguan perkembangan sebelumnya.


Pemeriksaan Dokter


Dokter pelu melakukan pemeriksaan fisik secara saksama dan juga melakukan pemeriksaan fisik terhadap status neurologis anak, seperti tingkat kesadaran, pemeriksaan saraf kepala, serta pemeriksaan adanya tanda-tanda infeksi otak dan selaput otak, seperti ensefalitis, mengitis dan sebagainya.


Untuk demam yang terjadi pada bayi yang berusia dibawah 3 bulan perlu diobersvasi lebih ketat karena seringkali demam tidak menjadi tanda khusus. Perubahan perilaku seperti malas menyusu, muntah terus dan tidak mau bangun menjadi tanda bahwa bayi sakit berat dan perlu segera dibawa ke dokter. 


Kapan Anak Anda Demam, dan Perlu ke Dokter?


Sebagai seorang Ibu dan orang tua untuk anak-anak Anda, tentunya Anda harus bisa berbuat yang terbaik untuk si buah hati. Anda harus bisa bertindak dengan tepat dan cermat ketika terjadi demam pada anak Anda.


Anda harus bisa memutuskan kapan waktunya Anda membawa anak ke dokter pada saat terjadi demam, berikut keputusan yang tepat untuk membawa anak anda ke dokter yaitu apabilda terdapat tanda-tanda sebagai berikut:


1) Terdapat tanda bahaya, yaitu salah satu dari: 

  • Kejang
  • Sulit dibangunkan/hanya bergerak bila dirangsang/bahkan tidak bergerak dengan rangsangan
  • Menangis terus menerus, rewel, tidak dapat ditenangkan
  • Tidak dapat menelan/tidak bisa minum/menetek
  • Muntah hebat
  • Perdarahan pada kulit (petechie)/mimisan/gusi berdarah/muntah darah/bab berdarah
2) Demam pada bayi < 3 bulan

3) Demam > 40,5 0C

4) Demam terjadi lebih dari 72 jam

5) Demam dengan bercak ungu dikulit.


Bila bayi atau anak aktif, dapat makan dan minum, reaktif terhadap sekeliling, dan tidak ada tanda kegawatdaruratan (tidak ada sesak nafas, tidak dehidrasi) maka anak dapat diobservasi dalam waktu 72 - 96 jam (3-5 hari). Bila lebih dari jangka waktu ini anak masih demam, dapat dijadwalkan untuk diskusi dengan dokter Anda.


0 Response to "Mengetahui Penyebab Kejang Demam Pada Bayi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel